Sebuah catatan
Ide Gila Santri Ciamis Jalan Kaki 212
Seri 11
Jam 13.00 posisi masih dirumah makan Sukahati, seseorang dipojok ruangan menunggu dari tadi,
” assalamualaikun ustad?”
“ Walalaikum salamm,,”
“ini saya dari GNPF MUI pusat diutus langsung oleh ketua untuk mengkondisikan waktu sampai di Jakarta, pengurus Jakarta ingin penyambutan khusus bagi kafilah Ciamis karena dengan gerakan inilah semua jadi tergerak untuk hadir ke Jakarta dan secara khusus ustad Bahtiar Nasir dan Habib Rizik Sihab menyampaikan salam tadhim untuk rombongan Ciamiss,,,” begitu kata beliau,,
saya jawab, “terimakasih atas perhatian lebih pengurus Jakarta pada kami cuma kami belum bisa putuskan jam berapa kami sampai Jakarta, ini saja nomor wa saya nanti bisa kontek kontekan,”
“oohhh baik kalau begitu,, saya mohon pamit untuk melaporkan langsung ke Jakarta,” kata beliau dari GNPF MUI sambil melangkah keluar menuju mobil diparkirann,
Saya duduk kembali dimeja makan yang penuh dengan hidangan, belum sempat ngambil nasi tiba tiba datang lagi serombongan bapa-bapa menemui langsung salaman tanpa basa basi sambil merangkul badan, kedengaran suaranya berkata terbata-bata, air matanya meleleh menangis, sambil nepuk punggung “alhamdulillah orang Ciamis menjadi pelecut semangat kaum muslimin untuk bangkit,,,,”
“ baik pa mohon doanya saja semoga jadi ladang amal,,,” jawab saya sambil melepaskan tangannya
Saya kembali duduk dikursi terlihat didepan meja ada orang lagi lahap menikmati hidangan " hei antum enak ya ikut sama kita kita"
“iya pak kiayi lapar nee” jawabnya
dia adalah intel dari polres Ciamis yang setia mengikuti perjalanan peserta jalan kaki karena tugas dari atasannya, belum sempet ngambil nasi datang lagi seseorang menghampiri,
“sehat kang?”
“ Alhamdulillah sehat,,” dia adalah alumni pondok kami yang mukim di Bandung sengaja menemui untuk silaturohmi.
tak henti hentinya orang datang menemui terpaksa dilayani sambil makan karena perut sudah tidak bisa diajak damai lagi, begitu banyak orang yang terketuk hatinya sehingga kami banyak menerima amanah uang dari para dermawan, saku celana tak muat lagi nyimpan amplop pemberian, saya panggil kiayi Endang yang duduk tidak jauh dari tempat kami, saya katakan padanya,
“kang karena banyak amanah ini simpan baik baik pokonya kiayi Endang diangkat jadi bendahara kafilah,,”
kang endang bilang, “ooh siap insya alloh kalau dipercaya,,”
Sepuluh menit berlalu, rumah makan tempat kami beristirahat dan dapat jamuan makan mulai sepi, peserta terkonsentrasi diaula Almaksum yang ada disebrang jalan, kami pamit ke pribumi sekaligus mengahaturkan terima kasih atas jamuannya, hujan turun deras saya munuju aula menaiki jembatan penyebrangan, peserta longmarch sudah siaga menunggu komandoo, saya ambil komando dan pengarahan dimulai, pertanyaan selalu dilontarkan,,
“apakah kalian masih kuat?”
“Kuaaaatt,,,” serempak menjawab,,
“apakah kalian masih semangat?”
“Semangaaatt..”
“Lanjut apa naik bus?”
“ Lanjuuttt”
“Apakah kaalian takut dengan hujan?”
“ Tidakkkk”
“Takbiirr!! Allohu akbar “
“allohu akbar “
“Istaidduuuu !”
“ Labbaik “
“Istaidduuuuu!!! “
“Labbaikk”
semua peserta harus memakai jas hujan plastik agar terlindung dari hujan, mobil komando siap didepan perjalanan dimulai ditengah guyuran hujan, pekik takbiirr terus dikumandangkan agar semangat tidak luntur, gema nasyid Bela Islam nyaring terdengar dari speaker menghangatkan tubuh yang kehujanan, ketika kami mau berangkat menyusul ade saya manggil,,
“Ang ini makanan dan minuman banyak sekali gimana bawanya? Mobil yang lima sudah penuh dengan barang pemberian para dermawan,,,”
“ohh gitu yaa,, Mari kita ngumpul dulu atuhh,,”
kami rapat kecil dan diputuskan kita nyewa mobil empat mobil truk untuk mengangkut makannn dibawa mengikuti rombongan dibelakang
Dibawah guyuran hujan kami ikuti rombongan dibelakang, menyusuri jalan protokol Rancaekek menuju Cileunyi, masyarakat setia menungu dan menunggu kami dipinggir jalan walau hujan terus turun, sambutan taakbir membahana memecah suasana, deraian air mata bercampur air hujan sangat jelas terlihat dimata mereka sebuah pemandangan yang indah yang tak mungkin ditemukan lagi dalam sejarah hidup, air mata yang muncul bukan karena IBA tapi air mata muncul karena desiran darah yang dipompa energi iman, air mata kami pun tak bisa ditahan terbawa suasana kebatinan saudara kami yang berjejer sepanjang jalan, walau baju basah kuyup walau badan kedinginan walau kaki lecet dan pegel terbayar sudah pengorbanan ini dengan bangkitnya rasa ukhuwah sesama muslim, naiknya tensi ghiroh pada Islam dan tumbuh suburnya arti pengorbanan, kepedulian masyarakat semakin menjadi manakala diantara peserta ada yang sudah tidak lagi memakai sendal karena copot talinya bagi mereka itu pemandangan yang membuat hati luluh epeknya lahir empati dan simpati dalam tindakan nyata.
Kira kira pukul 16.30 setelah tiga jam perjalanan didaerah Gede Bage rombongan dicegat polisi pengawalan dibelokan ke komplek Kantor Perum Perhutani Jawa Barat untuk istirahat, semua karyawan perum perhutani keluar kantor menyambut dan mengarahkan kami ke belakang tepatnya ke masjid kantor perhutani terdengar suara takbirr berkali kali dari atas menara masjid suaranya makin parau karena bercampur dengan tangisan kami yang datang kompak memekikan takbirr,,, menyahut seruan suara didalam masjid,,, peserta istirahat sebagian ditempatkan diaula sebagian diteras masjid.
Apakah kita nginap disitu??????
Tunggu seri selanjutnya.......
(KH. Nonop Hanafi)
Ide Gila Santri Ciamis Jalan Kaki 212
Seri 11
Jam 13.00 posisi masih dirumah makan Sukahati, seseorang dipojok ruangan menunggu dari tadi,
” assalamualaikun ustad?”
“ Walalaikum salamm,,”
“ini saya dari GNPF MUI pusat diutus langsung oleh ketua untuk mengkondisikan waktu sampai di Jakarta, pengurus Jakarta ingin penyambutan khusus bagi kafilah Ciamis karena dengan gerakan inilah semua jadi tergerak untuk hadir ke Jakarta dan secara khusus ustad Bahtiar Nasir dan Habib Rizik Sihab menyampaikan salam tadhim untuk rombongan Ciamiss,,,” begitu kata beliau,,
saya jawab, “terimakasih atas perhatian lebih pengurus Jakarta pada kami cuma kami belum bisa putuskan jam berapa kami sampai Jakarta, ini saja nomor wa saya nanti bisa kontek kontekan,”
“oohhh baik kalau begitu,, saya mohon pamit untuk melaporkan langsung ke Jakarta,” kata beliau dari GNPF MUI sambil melangkah keluar menuju mobil diparkirann,
Saya duduk kembali dimeja makan yang penuh dengan hidangan, belum sempat ngambil nasi tiba tiba datang lagi serombongan bapa-bapa menemui langsung salaman tanpa basa basi sambil merangkul badan, kedengaran suaranya berkata terbata-bata, air matanya meleleh menangis, sambil nepuk punggung “alhamdulillah orang Ciamis menjadi pelecut semangat kaum muslimin untuk bangkit,,,,”
“ baik pa mohon doanya saja semoga jadi ladang amal,,,” jawab saya sambil melepaskan tangannya
Saya kembali duduk dikursi terlihat didepan meja ada orang lagi lahap menikmati hidangan " hei antum enak ya ikut sama kita kita"
“iya pak kiayi lapar nee” jawabnya
dia adalah intel dari polres Ciamis yang setia mengikuti perjalanan peserta jalan kaki karena tugas dari atasannya, belum sempet ngambil nasi datang lagi seseorang menghampiri,
“sehat kang?”
“ Alhamdulillah sehat,,” dia adalah alumni pondok kami yang mukim di Bandung sengaja menemui untuk silaturohmi.
tak henti hentinya orang datang menemui terpaksa dilayani sambil makan karena perut sudah tidak bisa diajak damai lagi, begitu banyak orang yang terketuk hatinya sehingga kami banyak menerima amanah uang dari para dermawan, saku celana tak muat lagi nyimpan amplop pemberian, saya panggil kiayi Endang yang duduk tidak jauh dari tempat kami, saya katakan padanya,
“kang karena banyak amanah ini simpan baik baik pokonya kiayi Endang diangkat jadi bendahara kafilah,,”
kang endang bilang, “ooh siap insya alloh kalau dipercaya,,”
Sepuluh menit berlalu, rumah makan tempat kami beristirahat dan dapat jamuan makan mulai sepi, peserta terkonsentrasi diaula Almaksum yang ada disebrang jalan, kami pamit ke pribumi sekaligus mengahaturkan terima kasih atas jamuannya, hujan turun deras saya munuju aula menaiki jembatan penyebrangan, peserta longmarch sudah siaga menunggu komandoo, saya ambil komando dan pengarahan dimulai, pertanyaan selalu dilontarkan,,
“apakah kalian masih kuat?”
“Kuaaaatt,,,” serempak menjawab,,
“apakah kalian masih semangat?”
“Semangaaatt..”
“Lanjut apa naik bus?”
“ Lanjuuttt”
“Apakah kaalian takut dengan hujan?”
“ Tidakkkk”
“Takbiirr!! Allohu akbar “
“allohu akbar “
“Istaidduuuu !”
“ Labbaik “
“Istaidduuuuu!!! “
“Labbaikk”
semua peserta harus memakai jas hujan plastik agar terlindung dari hujan, mobil komando siap didepan perjalanan dimulai ditengah guyuran hujan, pekik takbiirr terus dikumandangkan agar semangat tidak luntur, gema nasyid Bela Islam nyaring terdengar dari speaker menghangatkan tubuh yang kehujanan, ketika kami mau berangkat menyusul ade saya manggil,,
“Ang ini makanan dan minuman banyak sekali gimana bawanya? Mobil yang lima sudah penuh dengan barang pemberian para dermawan,,,”
“ohh gitu yaa,, Mari kita ngumpul dulu atuhh,,”
kami rapat kecil dan diputuskan kita nyewa mobil empat mobil truk untuk mengangkut makannn dibawa mengikuti rombongan dibelakang
Dibawah guyuran hujan kami ikuti rombongan dibelakang, menyusuri jalan protokol Rancaekek menuju Cileunyi, masyarakat setia menungu dan menunggu kami dipinggir jalan walau hujan terus turun, sambutan taakbir membahana memecah suasana, deraian air mata bercampur air hujan sangat jelas terlihat dimata mereka sebuah pemandangan yang indah yang tak mungkin ditemukan lagi dalam sejarah hidup, air mata yang muncul bukan karena IBA tapi air mata muncul karena desiran darah yang dipompa energi iman, air mata kami pun tak bisa ditahan terbawa suasana kebatinan saudara kami yang berjejer sepanjang jalan, walau baju basah kuyup walau badan kedinginan walau kaki lecet dan pegel terbayar sudah pengorbanan ini dengan bangkitnya rasa ukhuwah sesama muslim, naiknya tensi ghiroh pada Islam dan tumbuh suburnya arti pengorbanan, kepedulian masyarakat semakin menjadi manakala diantara peserta ada yang sudah tidak lagi memakai sendal karena copot talinya bagi mereka itu pemandangan yang membuat hati luluh epeknya lahir empati dan simpati dalam tindakan nyata.
Kira kira pukul 16.30 setelah tiga jam perjalanan didaerah Gede Bage rombongan dicegat polisi pengawalan dibelokan ke komplek Kantor Perum Perhutani Jawa Barat untuk istirahat, semua karyawan perum perhutani keluar kantor menyambut dan mengarahkan kami ke belakang tepatnya ke masjid kantor perhutani terdengar suara takbirr berkali kali dari atas menara masjid suaranya makin parau karena bercampur dengan tangisan kami yang datang kompak memekikan takbirr,,, menyahut seruan suara didalam masjid,,, peserta istirahat sebagian ditempatkan diaula sebagian diteras masjid.
Apakah kita nginap disitu??????
Tunggu seri selanjutnya.......
(KH. Nonop Hanafi)